Kamis, 09 Oktober 2014
Warna merah pada bulan
yang sedang mengalami proses gerhana bisa menjadi indikator kualitas
udara di suatu kota. Demikian kata seorang pengamat.
Astronom sekaligus narator Planetarium dan Observatorium Jakarta,
Cecep Nurwendaya, di Jakarta, Rabu (8/10/2014), mengatakan, merah
tidaknya warna gerhana bulan bergantung pada tingkat polusi udara suatu
kota.
"Semakin kotor polusi di tempat kita, maka semakin 'indah' warna gerhana", kata Cecep ketika jumpa pers, Rabu.
Warna gerhana bulan akan semakin merah jika tingkat polusi suatu kota
itu tinggi. "Jadi, jangan bangga ( jika melihat gerhana bulan merah ), seharusnya kita sedih, " canda Cecep.
Sementara itu, di daerah yang polusi udaranya lebih rendah, warna
gerhana bulan akan lebih cenderung kekuningan, kata Cecep, yang pernah
menjadi asisten peneliti di Observatorium Bosscha, Lembang, tersebut.
Warna merah ditimbulkan karena polusi terdiri dari gas dan debu yang mempunyai sifat dan ciri khas memerahkan cahaya (reddening).
Cecep mengatakan, peristiwa tersebut serupa dengan ketika terbenamnya
matahari dan ketika terjadi letusan gunung berapi. Abu dari gunung
berapi itu menutup langit dan akan "memerahkan" matahari.
Gerhana bulan total yang termasuk langka--disebut gerhana bulan
tetrad--menghiasi langit Indonesia pada Rabu petang pada pukul 15.15.33
WIB hingga 20.33.43 WIB.
Peristiwa gerhana bulan total tersebut bisa disaksikan oleh semua
pengamat di wilayah Indonesia. Namun, di wilayah Jakarta, tahapan
gerhana dapat dilihat mulai saat bulan terbit di ufuk timur sekitar
pukul 17.42.48 WIB.
"Ketika itu, bulan sudah pada kondisi gerhana bulan total ditandai dengan warnanya yang merah tembaga," kata Cecep.
Gerhana bulan total berlangsung selama 58 menit dan 50 detik, dengan
awal gerhana bulan total terjadi pada 17.25.10, sedangkan akhir gerhana
total pada 18.24.00 WIB.
Namun, hingga pukul 18.30 WIB, langit Jakarta tertutup awan sehingga menyulitkan pengamatan terhadap gerhana bulan.
Pada kesempatan tersebut, Planetarium dan Observatorium Jakarta
menyiapkan sejumlah teleskop bagi siswa dan guru yang berkeinginan untuk
melihat langsung peristiwa gerhana bulan tersebut.
Menurut peta gerhana bulan total dari Planetarium dan Observatorium
Jakarta, gerhana bulan dapat diamati juga di wilayah Asia Timur,
Australia, Lautan Pasifik, dan sebagian wilayah Amerika.
Salah satu keistimewaan gerhana bulan pada Rabu 8 Oktober 2014 adalah
gerhana bulan tersebut merupakan bagian dari untaian empat gerhana
bulan total yang berurutan. "Ini adalah rangkaian gerhana bulan total
kedua," kata dia.
Dua gerhana bulan total berlangsung pada 2014; 15 April dan 8
Oktober, sementara dua gerhana bulan lainnya akan berlangsung pada 2015;
4 April dan 28 September. Untaian empat gerhana bulan total yang berlangsung secara berurutan disebut gerhana bulan tetrad.
Gerhana bulan tetrad tergolong langka karena dalam seribu tahun pada milenium ketiga hanya terdapat 32 kali fenomena tersebut.
Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2014/10/08/22571921/Pengamat.Gerhana.Bulan.Merah.Indikator.Polusi.Udara?utm_campaign=related&utm_medium=bp&utm_source=news&
0 komentar:
Posting Komentar