Jumat, 17 April 2015
Di bawah pohon mangga rimbun, ada bebatuan besar yang di bawahnya
hidup koloni semut hitam. Ratusan semut dengan ratunya. Mereka hidup
sangat rukun. Kemanapun mereka pergi, selalu berbaris rapi bak barisan
tentara.
Anty, si ratu semut itu. Dia sangat tegas memimpin anak buahnya,
memberi perintah kepada koloninya. Kegiatan mereka setiap harinya hanya
bekerja dengan giat mencari makan dan membangun rumah sarang mereka.
Anty memerintahkan anak buahnya untuk menggali tanah di bawah bebatuan
untuk berteduh di musim panas dan bersembunyi di musim hujan.
Anty sangat adil terhadap anak buahnya, terutama tentang makanan.
Suatu hari mereka bergotong royong mengangkut sisa-sisa pecahan buah
mangga harum manis yang jatuh ke tanah karena busuk sudah terlalu matang
tidak dipetik oleh manusia si pemilik pohon mangga itu. Mungkin mangga
yang terjatuh itu letaknya terlalu tinggi dan tidak nampak, sehingga
menjadi busuk dan jatuh begitu saja ke tanah. Koloni semut Anty
mengangkut remahan mangga itu, untuk dibawa ke dalam sarang mereka di
bawah batu besar. Makanan yang terkumpul di sarang tidak untuk dimakan
sendiri oleh Anty, namun juga untuk dibagi sama rata, untuk makan malam
mereka.
Begitupun saat teman-teman Anty berjalan berpapasan, setiap
berpapasan mereka berhenti sejenak untuk bertegur sapa dan bertukar
informasi ke teman yang lain. “Di sana masih ada makanannya, di dekat
gundukan tanah.”
Anty tidak pernah mengajarkan kepada koloninya untuk saling berebut
makanan, saling menyakiti, apalagi untuk saling membunuh. Semua makanan
dibagi sama rata. Oleh karenanya semua anak buahnya berukuran sama
kecilnya. Kecuali dirinya, takdir sejak lahir lah yang menjadikannya
sebagai ratu semut. Karena Anty berbeda dengan teman-temannya, dia
memiliki kepala, karapas dan antena yang lebih besar daripada
teman-temannya.
Karena ukuran kepalanya yang lebih besar dari teman-temannya, Anty
memiliki penciuman yang lebih tajam daripada teman-temannya. Setiap Anty
mencium ada bau makanan, dia segera menyiagakan pasukan koloninya
berbaris, bergotong-royong menuju makanan itu untuk kemudian diangkut ke
dalam sarangnya. “Teman-teman, di dekat pintu teras rumah ada
potongan-potongan kue sisa dari anak-anak yang bermain tadi siang. Ayo
semangat. Kita angkut kue itu untuk makan malam nanti!” Begitu Anty
berinstruksi, dengan sigap teman-temannya berbaris mengangkut
bersama-sama potongan kue itu.
Karena mempunyai antena lebih panjang dari teman-temannya, Anty lebih
peka terhadap suara-suara. Pada suatu hari ada suara mesin pemotong
rumput yang akan bekerja memotong rumput di kebun belakang dekat pohon
mangga rindang itu. Suaranya bergemuruh
“Bbrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrhhh…” Dengan cepat, Anty mengomando
teman-temannya untuk pergi dari sarang itu sementara, sampai keadaan
aman. “Teman-teman, ada mesin pemangkas rumput datang, ayo kita pindah
sekarang. Kita cari tempat yang lebih aman dan nyaman. Kita cari
bebatuan di tempat lain yang sama rindangnya. Agar kita tidak kepanasan
dan tidak kedinginan karena hujan. Ayo jalan yang teratur dan percepat
langkah kalian, agar kita semua tidak ada yang cidera terkena mesin
itu.”
Begitulah semut kecil, kehidupannya rukun, adil dan damai. Walaupun
sederhana, hidup mereka bahagia dalam kebersamaan dan gotong-royong.
Singapore, Januari 2012
sumber : http://sharingdisini.com/2012/02/20/anty-si-ratu-semut-yang-adil/
0 komentar:
Posting Komentar